learn . love . laugh

Membaca Masa Lalu

| on
October 09, 2019

Hari ini gue iseng buka Tumblr lagi, ada yang punya Tumblr juga gaa?

Setelah sempat diblokir sama Kominfo selama beberapa waktu, mini blog ini jadi kayak mati suri gitu, mungkin efek ada media sosial lain juga yaa.
Anyway, buat gue pribadi, Tumblr itu kayak zona nyaman, tempat nyampah zaman dulu kala, isinya curhatan galau tahun 2010 sampai sekitar tahun 2016, masa-masa kuliah, eh tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya bukan gue aja yang suka suka curhat di Tumblr, teman-teman yang lain juga banyak kok *pembelaan.

Jadi, di Tumblr ini pada suka curhat colongan, seperti mau mencurahkan isi hati yang tidak ingin dibaca orang lain, atau mungkin juga ingin dibaca tapi hanya berupa kode-kode, entah siapa juga yang bisa memecahkan kodenya.

Walaupun begitu, Tumblr itu memang menyenangkan, bisa memilih tipe tulisan seperti text, quote bahkan chat, ataupun upload gambar aja. Selain itu, bisa langsung komentar di tulisan orang,  terus kalau lagi gaa ada bahan tulisan,  tinggal reblog postingan orang yang sesuai dengan mood hari itu, cocok untuk gue yang kadang malas tapi pengen tetep update, hehe. Sesungguhnya gue salut pada mereka yang bisa menjadikan Tumblr sebagai sarana untuk menulis serius, beberapa orang yang gue follow Tumblrnya, beneran mengeluarkan buku sekarang, sementara gue tetap gini-gini aja.

Gue kadang mulai bertanya-tanya, apa mungkin menulis memang bukan untuk gue?, sempat vakum, tidak meluangkan waktu untuk menulis secara rutin, apakah harus mencari kegiatan lain saja yang mungkin lebih cocok?.

Tapi menulis adalah salah satu sarana gue dalam mencurahkan pikiran, mungkin itu mengapa dulu gue senang main di Tumblr, walaupun cuma sekalimat dua kalimat, nulis di Tumblr terasa oke aja, semakin agak-agak galau malah makin banyak reblognya. Kalau di blog, gue merasa harus menulis agak serius, padahal mah gaa ada salahnya juga yaa nulis receh, kalaupun ada orang yang gaa suka yaa biarkan aja, tulisan yang gue buat itu untuk diri sendiri, untuk mengingat sudah sejauh mana melangkah.

Kayak hari ini, membaca arsip tulisan di Tumblr, seperti membuka kotak pandora, whoaa, emosinya kok yaa bisa masih terasa. Nulis di Tumblr dari tahun 2010, paling rajin pas masih jaman kuliah, sampai tahun 2016 udah mulai gaa aktif, mungkin karena menikah juga, dan memutuskan untuk balik nulis ke blog.

Praktis, Tumblr adalah saksi perjalanan hidup gue saat masih kuliah, tempat gue mencurahkan pikiran dan perasaan tentang diri sendiri, tentang persahabatan, masa-masa dilema organisasi, mempertanyakan tentang cinta, perjuangan menuntaskan skripsi, dan hal-hal tentang kehidupan lainnya.

Saat itu semua terasa membingungkan, belum terlihat ujungnya, belum tau seperti apa hidup ke depannya, tapi di satu sisi terasa lebih mudah, makin dewasa pertanyaan-pertanyaan tentang hidup jadi lebih kompleks.

Pada waktu itu, gue juga suka nulis prosa (?) pendek, produktif sekali walaupun memang isinya pas dibaca sekarang, kayak mikir “yaa ampun apaan sih gue nulis begini dulu”, tapi sebenarnya perasaan itu yang membuat gue jadi tetap bergerak.

Membaca kembali masa lalu di Tumblr, membuat gue bersyukur pernah melewati itu semua, hal-hal yang bisa menjadi pelajaran tersendiri, masa lalu seperti potongan-potongan puzzle yang melekat membentuk diri kita seperti kita sekarang, semua luka yang terjadi mungkin gaa mudah terhapus, tapi gue rasa tetap bisa dimaafkan.

Seperti kata tulisan di webtoon Matahari ½ Lingkar:
“Masa lalu kita cukup jadi pelajaran aja, tapi jangan jadi beban kita di masa depan, apalagi sampai merusak masa depan”.

Terima kasih untuk Tumblr yang telah mengingatkan memori di masa lalu, menyadari bahwa hidup memang begitu adanya, tidak semua harapan akan tercapai, tapi kita akan tetap baik-baik saja.
Terima kasih untuk yang datang dan pergi, yang terpisah dan tak berjumpa lagi, punya ruang kecil di dalam hati, memberi warna dalam hidup. 

Semoga senantiasa berbahagia di manapun kalian berada.
Mari menyambut masa depan !

Be First to Post Comment !
Post a Comment