Setiap mendengar kabar duka, entah mengapa saya merasa seperti diingatkan kembali bahwa usia memang tidak ada yang pernah tahu.
Kematian selalu menjadi misteri tersendiri. Tapi, tak seperti menjemput jodoh dan rezeki yang senantiasa dipersiapkan sedemikian rupa, kita terkadang terlena bahwa nyawa yang kita punya hanyalah titipan semata, yang bisa direnggut sewaktu-waktu, tanpa persiapan apa-apa.
Padahal, kita semua tahu setiap manusia yang bernyawa nantinya akan mati, sesuai dengan takdirnya masing-masing.
Padahal, kita semua tahu setiap manusia yang bernyawa nantinya akan mati, sesuai dengan takdirnya masing-masing.
Saya menyadari bahwa makin hari, sungguh tidak tertebak usia manusia, dulu kematian identik dengan orang-orang yang sudah berumur, sekarang, banyak yang usia muda sudah meninggal dunia.
Membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah saya cukup menabung bekal amal untuk akhirat kelak?. Terkadang saat membaca kabar duka di media sosial, saya suka mengunjungi halaman media sosial yang bersangkutan, ingin tahu seperti apa sosoknya, seperti apa postingan terakhirnya. Terasa iseng yaa, namun dari sana, saya jadi membayangkan sendiri kalau suatu hari nanti saya sudah tidak ada di dunia, kira-kira apa yang saya tinggalkan, apakah bermanfaat atau tidak, berandai-andai apa yang kelak orang-orang terdekat saya rasakan ketika saya sudah tidak ada di dunia.
Berpikir tentang suatu hari nanti akan tiba giliran saya untuk meninggalkan dunia, saya jadi suka cemas, khawatir bekal pahala masih kurang banyak.
Membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah saya cukup menabung bekal amal untuk akhirat kelak?. Terkadang saat membaca kabar duka di media sosial, saya suka mengunjungi halaman media sosial yang bersangkutan, ingin tahu seperti apa sosoknya, seperti apa postingan terakhirnya. Terasa iseng yaa, namun dari sana, saya jadi membayangkan sendiri kalau suatu hari nanti saya sudah tidak ada di dunia, kira-kira apa yang saya tinggalkan, apakah bermanfaat atau tidak, berandai-andai apa yang kelak orang-orang terdekat saya rasakan ketika saya sudah tidak ada di dunia.
Berpikir tentang suatu hari nanti akan tiba giliran saya untuk meninggalkan dunia, saya jadi suka cemas, khawatir bekal pahala masih kurang banyak.
Jadi, saat ini, saya hanya bisa berusaha sebisa mungkin bermanfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain, semoga tabungannya nanti cukup untuk di akhirat, karena pada dasarnya, dunia ini hanya persinggahan semata.
Kita sedang menunggu giliran, bukan?
Kita sedang menunggu giliran, bukan?
-----------------------------------
picture credit
Be First to Post Comment !
Post a Comment