learn . love . laugh

Tentang Pertanyaan Kapan Hamil

| on
May 24, 2018


Sebenarnya apa sih jawaban yang diharapkan dari sebuah pertanyaan “kok belum hamil?”

Serius, bingung aku tuh.

Bingung harus menjawab apa karena sungguh hanya Tuhan yang tahu kapan saya dan suami diizinkan untuk menjadi orangtua, diamanahkan seorang anak.
Tulisan ini bukan dibuat tanpa sebab, masalahnya selain bingung harus menjawab apa, kadang saya sedih juga ditanya kapan hamil, terutama ditanyakan oleh orang yang cuma sesekali ketemu. Saya sangat maklum kalau yang bertanya adalah orangtua, mertua, keluarga dekat atau teman dekat, tapi kalau oleh orang-orang yang jarang ketemu entah mengapa kadar kemakluman saya berkurang drastis.

Pernah di suatu acara pernikahan, seorang teman langsung ngelus perut saya dan bertanya “udah isi belum nih?”, padahal saya baru menikah beberapa bulan, langsung lah saya jawab “udah, udah isi makanan, hehe”, yaa gimana, emang baru beres makan.

Di lain waktu, papasan sama seorang teman kantor, langsung bertanya tentang kehamilan, padahal statusnya kami jarang sekali berinteraksi (malah bisa dibilang tidak pernah berinteraksi), kebetulan aja sedang ketemu. Apakah tidak ada pertanyaan lain gitu? nanya kabar, atau mungkin tentang pekerjaan, selain ujug-ujug bertanya perihal kehamilan.

Belum lama ini kejadian lagi, selesai sholat Tarawih ditanya sama ibu-ibu tetangga yang duduk disebelah saya, “belum hamil? …. lama amat”. Saya cuma bisa senyum sopan aja, sambil menahan perih di dalam hati.

Mungkin belum banyak yang menyadari efek dari sebuah pertanyaan. So, let me tell you, it’s hurt, for me... it's hurt.

Keesokan harinya ada lagi ibu yang bertanya, “emang nikahnya udah berapa lama?”, karena masih berusaha sabar, saya jawab sekenanya, sambil dalam hati ingin bertanya balik, emang kenapa kalau nikahnya udah lama? emang siapa yang bikin standar kalau setelah nikah harus langsung punya anak? atau mau ngitungin jarak antara pernikahan dan kehamilan?
Hufhh… :"
Sungguh saya sebenarnya tidak masalah dengan pertanyaan kapan punya anak, tapi sungguh saya bermasalah dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat yang bertanya hanya untuk sekadar memuaskan rasa ingin tahu. Kenapa saya bilang demikian, karena rasanya beda aja orang yang bertanya karena peduli sama bertanya karena kepo belaka. Apalagi ditanya sama orang yang ngobrol aja jarang. Biar apa sih?
Padahal yaa, saya dan Dika saat ini sedang menikmati masa-masa berdua, sebelum punya anak, masih berusaha menyiapkan finansial dan terutama mental. Kami tetap merasa bahagia, kan pernikahan tak selalu soal mempunyai anak.

Lebaran nanti pasti pertanyaan serupa akan muncul lagi, saya merasa perlu membuat tameng. Cara pertama yang dilakukan adalah sabar dan senyum aja sambil bilang, “belum nih, hehe” kalau ditanya kapan hamil.

Kalau ada pertanyaan lanjutan, maka saya akan sebisa mungkin gaa masukin ke hati. Dika selalu bilang kalau pertanyaan kayak gitu pasti ada aja yang bakal nanya, nanti juga ada lagi pertanyaan kapan nambah adek, dan kapan kapan yang lain. Katanya biarin aja. Saya juga maunya gitu, tapi kadang rasanya kok tetep sakit yaa, ada pertanyaan-pertanyaan yang terkesan menyudutkan, seolah-olah saya salah, seolah kalau sudah nikah yaa harus cepat hamil. Belum lagi ada pernyataan, “jangan nunda-nunda, nanti malah lama dikasihnya”.

Serius, sedih aku tuh. Bukankah kami hanya bisa merencanakan namun keputusan akhir ada di tangan-Nya?.

Tapi gapapa, saya akan berusaha bersikap cuek, masa bodo, demi melindungi hati sendiri. Cape kalau semua dipikirin, yang bertanya juga belum tentu mikirin perasaan saya kan, hehe.

Kalau ada yang ingin bertanya tentang kehamilan, bolehlah dipikirkan ulang, karena bisa jadi yang menerima pertanyaan tersebut merasa sedih, mungkin tidak terlihat dari kesehariannya, tapi siapa yang tahu kan kalau kadang ia bisa jadi menangis di belakang. Boleh lho pertanyaannya diganti doa. Mendoakan seseorang tanpa sepengetahuan orang yang didoakan, Insyaallah Malaikat juga turut mendoakan, siapa tahu lebih mudah dikabulkan.

Apabila masih ingin tahu dan tentunya kalian tetap berhak bertanya, namun saya pribadi merasa tidak berkewajiban untuk menjawab, biarlah rencana hidup kami menjadi obrolan diantara kami saja tanpa orang lain ketahui, yang hanya akan dibagi dengan orang-orang terdekat kami, netizen cukup tau yang bahagianya aja. Saya sendiri sudah mulai tidak peduli dengan pertanyaan dari orang-orang yang tidak relevan dengan kehidupan kami. Walau saya tahu, pertanyaan tentang kapan begitu umum ditanyakan oleh masyarakat kita, seperti tidak ada pertanyaan basa-basi lainnya, but, sometimes it’s not your business at all.Yaa kenapa gitu mau tau banget kapan seseorang punya anak, kan gaa signifikan juga pada hidup kalian, atau mau beliin kado dari sekarang? hehe.
Jadi begitulah, kalau memang tidak ada komentar yang baik, lebih baik diam, daripada ternyata menyakitkan hati orang kan. 

Demikianlah uneg-uneg atas sebuah pertanyaan tentang kehamilan.

Eh, terakhir, kalau cara-cara di atas masih belum mempan juga, ada hal ketiga yang ingin saya lakukan, saya sudah menyiapkan tabel biaya masuk sekolah seorang anak yang akan saya perlihatkan -pada orang-orang yang masih kepo-, sambil bertanya balik “nih, biaya pendidikan sekarang, mau bantu berapa banyak?”

Dijamin diem deh.

Hahahaha.

“Manusia-manusia kuat itu kita
Jiwa-jiwa yang kuat itu kita
Bila bukan kehendak-Nya
Tidak satu pun culasmu akan bawa bahaya…”
(Manusia Kuat – Tulus)




Be First to Post Comment !
Post a Comment