Salah satu alasan saya dulu pengen banget kuliah di Fakultas Psikologi adalah bayangan bahwa jadi psikolog itu keren, sering observasi manusia, sekaligus bisa baca kepribadian orang (buku kali dibaca), tetapi memang terkadang harapan tidak sesuai kenyataan, toh ternyata pas lulus dari fakultas psikologi, ilmu yang saya punya masih cetek banget, lebih cetek dari kolam renang anak kecil.
Satu hal yang pasti, sampai sekarang saya masih senang mempelajari berbagai keunikan seseorang dan juga mempelajari kepribadian diri sendiri.
Baru-baru ini, saya kembali mencoba tes tipe kepribadian di sebuah situs. Menurut saya pribadi situs ini cukup oke karena didasarkan pada teorinya Carl G. Jung yang terkenal dengan pembagian tipologi kepribadiannya (silakan di google kalau mau tahu lebih lanjut, hehe). Dalam perkembangannya, tes yang biasa dikenal dengan MBTI Test ini lebih sering digunakan untuk kebutuhan manajemen, bukan untuk kebutuhan psikologi. Yang pasti, lumayan kok untuk tahu sekedar karakter diri.
Nah berdasarkan tes ini (setelah mencoba beberapa kali), saya adalah seseorang dengan tipe INFP-A alias The-Mediator (Diplomat-Confident Individualism).
INFP : Introverted iNtuitive Feeling Prospecting
Setelah membaca penjelasan hasilnya, saya cukup setuju, kurang lebih sesuai dengan keadaan sehari-hari, haha.
INFP personalities are true idealists, always looking for the hint of good in even the worst of people and events, searching for ways to make things better. While they may be perceived as calm, reserved, or even shy, INFPs have an inner flame and passion that can truly shine.
Katanya seorang INFP cenderung akan melihat segala sesuatunya dari sisi baik. Saya juga begitu (kayaknya sih), sebisa mungkin mencari hal baik dari setiap hal yang ada, prasangka buruk di usir jauh-jauh, kalaupun lagi kesal dan mau marah kadang ditahan dulu, khawatir lingkungan kena efeknya.
Saya cenderung introvert, kadang sulit untuk memulai pertemanan baru dan jarang banget curhat masalah pribadi ke orang lain, makanya teman dekatnya itu-itu aja. Bahkan saya senang jalan-jalan sendiri, nonton bioskop aja (dulu) seringnya sendiri (yang kadang dianggap aneh sama orang-orang), padahal yaa, nonton bioskop sendiri tanpa ada yang berisik di kanan kiri itu menyenangkan lho.
Terus kalau untuk pekerjaan, katanya INFP itu seorang yang menyukai kebebasan, bisa mengatur diri sendiri, suka kreativitas, mungkin seperti penulis, blogger, menyukai bekerja dengan sedikit orang, seperti konselor, atau pekerja sosial. Jadi sebenarnya pekerjaan administratif seperti yang saya lakukan sekarang agak kurang cocok gitu yaa.
Some INFPs will prefer a still more personal touch, being able to work face-to-face with clients, seeing that their personal effort really impacts another’s quality of life. Service careers such as massage therapy, physical rehabilitation, counselling, social work, psychology and even academic roles and retraining can be exceptionally rewarding for INFPs, who take pride in the progress and growth they help to foster.
Kalau dari penjelasannya, saya sepertinya perlu lanjutin S2 Profesi Psikologi, cocok untuk konseling-konseling gitu. Masalahnya di satu sisi, kadang saya sulit membangun rapport awal yang baik, suka dibilang jutek 😅. Berhubung tes ini juga mungkin tidak cocok untuk semua orang, mungkin ada yang gak sesuai, jadi saya menganggap tes ini sekadar untuk tau sekilas tentang diri, hehe.
Lalu, apakah nantinya saya akan melanjutkan S2?
We'll see...
Be First to Post Comment !
Post a Comment